• Menu
    • Beranda
    • Masalah
    • Solusi
    • Karir
    • DONASI
    • English
    • Bahasa Indonesia
  • Beranda
  • Masalah
  • Solusi
  • Karir
  • DONASI
  • Bahasa Indonesia
    • English

Program Integrasi Pengelolaan Sampah dengan Pertanian Organik di Desa Temesi

mphadmin
Oktober 13, 2022
Berita, Ekonomi Sirkuler, Lingkungan, Pengelolaan Sampah

Program Integrasi Pengelolaan Sampah dengan Pertanian Organik di Desa Temesi

Potensi Beras Sehat di Desa Temesi 7,2 ton/hektar

Desa Temesi, Kecamatan Gianyar, menjadi yang pertama melakukan panen beras sehat dari enam desa percontohan proyek Pertanian CERDAS di Kabupaten Gianyar. Dari tes pengubinan pada Selasa, (11/10), lahan percontohan Pertanian CERDAS di Subak Temesi menghasilkan gabah kering panen sebanyak 4,5 kg per 1/16 are, atau diperkirakan setara 7,2 ton/hektar. Tes pengubinan dilakukan oleh tim BPP Kecamatan Gianyar yang dipimpin oleh I Made Geben, disaksikan oleh Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Gianyar dan perwakilan Dinas Pertanian Kabupaten Gianyar.

“Dengan hasil pengubinan tadi bisa diperkirakan bahwa bobot panen termasuk tinggi dan tingkat padi bernas mencapai 96%. Meskipun baru musim tanam pertama, budidaya padi dengan teknik pertanian ramah lingkungan sudah baik dan masih dapat ditingkatkan dengan optimalisasi jarak tanam,” kata Made Geben. Dari tes pengubinan terdapat rata-rata 98 rumpun dalam 1/16 are dengan jumlah ideal 121 rumpun. Masing-masing rumpun terdapat 20 anakan tiap tanaman padi dari jumlah ideal 23 anakan.

Proses pengubinan oleh tim BPP Kecamatan Gianyar untuk mengambil sampel tanaman padi siap panen seluas 2,5 x 2,5 meter

Hasil budidaya padi Made Sutaba (68) dari Subak Temesi ini menghasilkan 230 biji gabah per malai dari jumlah ideal 280 biji gabah per malai. Di musim pertama praktik pertanian ramah lingkungan ini, Made Sutaba melakukan pengurangan pemakaian urea hingga 80%. Beliau hanya menggunakan urea sebanyak 10 kg untuk lahan 25 are yang dikelolanya, jauh berkurang daripada jumlah yang dianjurkan sebanyak 200 kg/hektar. Di musim berikutnya, Made Sutaba akan berhenti menggunakan pupuk kimia. Selain menggunakan pupuk organik Temesi yang diproduksi oleh Yayasan Pemilahan Sampah Temesi (YPST), beliau juga menerapkan penggunaan agen hayati paenibaccillus serta pestisida nabati.

“Kami sampaikan terima kasih untuk Yayasan Bumi Sasmaya yang telah menjadikan satu hektar lahan di Desa Temesi sebagai percontohan pertanian ramah lingkungan. Harapannya, di tahun depan pertanian organik di Desa Temesi dapat berkembang,” kata Perbekel Temesi I Ketut Branayoga, ketika membuka acara pengubinan.

Pertanian CERDAS meminimalisir penggunaan pupuk kimia untuk mendukung transisi petani menuju sistem pertanian organik. Proyek Pertanian CERDAS (Circular Economy Development in Organic Agriculture) diinisiasi oleh Marcellinus Mandira Budi Utomo (BRIN), Hermitianta Prasetya Putra (Yayasan Bumi Sasmaya), dan Levina Pieter (BRIN) dengan mengintegrasikan program pengelolaan sampah Merah Putih Hijau dengan sistem pertanian organik. Potensi produksi kompos dari jejaring program pengelolaan sampah Merah Putih Hijau di enam desa di Kabupaten Gianyar langsung disalurkan untuk memenuhi kebutuhan pembenah tanah pertanian.

“Kami harap program pertanian ini utuh dari hulu sampai ke hilir. Untuk pemanfaatan pupuk organik (kompos) sudah, praktik pertanian ramah lingkungan sudah, yang terakhir kami mohon untuk menciptakan pasar untuk produk petani. Kalau tidak ada pasar, petani akan kembali lagi ke pertanian konvensional,” ungkap Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan, dan Kelautan Kabupaten Gianyar, I Gusti Ayu Dewi Hariani.

Lahan sawah I Made Sutaba (68), ketiga dari kanan, berada tepat di belakang TPA Temesi. Ikut serta dalam panen padi ramah lingkungan adalah Perbekel Temesi I Ketut Branayoga (kanan), Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan, dan Kelautan Kabupaten Gianyar I Gusti Ayu Dewi Hariani (kedua dari kanan), I Made Sutaba (ketiga dari kanan), dan Project Manager Merah Putih Hijau Dewi Kusumawati (kiri).

Total luasan lahan percontohan Pertanian CERDAS adalah 6,8 hektar yang tersebar di Desa Temesi, Desa Tulikup, Desa Pejeng, Desa Tampaksiring, Desa Sayan, dan Desa Taro. Proyek Pertanian CERDAS didukung pendanaan dari program Australia Grant Scheme (AGS), program Merah Putih Hijau, dan program Ketahanan Pangan di masing-masing desa.

“Yang unik dari Pertanian CERDAS ini adalah penerapan subsidi kompos sebagai produk dari pengolahan sampah organik. Setiap hektar lahan percontohan mendapatkan asupan kompos (pupuk organik Temesi) sebanyak 4 ton dengan didukung aplikasi agen hayati dan pestisida nabati,” kata Agastya Yatra, selaku Ketua Yayasan Bumi Sasmaya yang menjalankan program Merah Putih Hijau. Setelah mengikuti pelatihan, 26 petani petani peserta proyek Pertanian CERDAS juga mendapatkan pendampingan intensif untuk memotivasi dan sebagai upaya cepat tanggap dalam penyelesaian masalah budidaya pertanian.

Proyek Pertanian CERDAS juga melibatkan P4S Kalpataru untuk pendampingan petani yang dipimpin oleh I Ketut Punia. Selain itu, Dr. Ir. Ni Luh Kartini, MS dari Universitas Udayana juga terlibat di lahan percontohan Desa Temesi dengan menambahkan pupuk TOP yang sedang dikembangkannya. Keterlibatan aktif  berbagai pihak dalam proyek Pertanian CERDAS ini menjadi kekuatan utama dalam membangun ekosistem pertanian berkelanjutan.

“Dengan hasil yang baik seperti ini, masyarakat sekitar mau atau tidak mengikuti praktik pertanian ramah lingkungan untuk menghasilkan beras sehat?,” tantang Made Geben usai menganalisis hasil pengubinan di Desa Temesi. Dengan potensi hasil panen yang sangat baik, bukan tidak mungkin Gianyar bisa menjadi kabupaten percontohan untuk pertanian organik.

Tags: Pertanian Ramah Lingkungan
Previous Story
Menggerakkan Pengelolaan Sampah Desa Bresela